Kamis, 10 Januari 2013

SEBAIKNYA ANDA TAHU: Konsumen Kakao Pesaing Utama Manusia ( IV ).

4. Hyposidra talaka  Walk.

Di kenal oleh petani Indonesia dengan sebutan Ulat Kilan. Sebagai pesaing manusia H.talaka  menikmati kakao melalui daun, yaitu daun yang masih muda. Serangan dari serangga ini menyebabkan daun berlubang dan hanya tersisa tulang daunnya saja. Tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan tanaman kakao menjadi gundul, akibatnya proses penyerapan energi bagi tanaman menjadi tidak sempurna yang tentunya akan berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Serangga dewasa H.talaka berwarna keabu-abuan dan aktif pada malam hari. Kupu betina meletakan telur-telurnya secara berkelompok sebanyak 500 - 700 butir pada permukaan batang lamtoro atau tanaman lainnya. Telur dari serangga ini berwarna hijau muda dan berbentuk bulat. Lama stadium telur 5-6 hari, larva (ulat) 12 - 18 hari. Larva instar biasanya masuk dalam tanah yang gembur untuk menjadi pupa. Lama stadium pupa  7 - 8 hari.

Pengendalian :

1. Penyemprotan dengan Insektisida Nabati:
- Ekstrak daun Mimba dengan konsentrasi 5 %.
- Air rendaman daun tembakau .

2. Penyemprotan Insektisida Sintetik:e
- Penyemprotan dengan bahan kimia sintetik sebaiknya di lakukan
   bila serangan ada pada tingkat yang tinggi, dengan menggunakan   bahan yang
mengandung : lamda sihalotrin,  sihalotrin,  sipermetrin, dan yang lainnya, dengan
   konsentrasi formulasi antara 0,025 - 0,05 %.

(Disarikan dari : Pedoman Teknis Hama & Penyakit Utama Tanaman Kakao, Puslitkoka Indonesia, Jember, 2009. ).


5.  Tikus dan Tupai.

Kakao memang merupakan komoditi yang memiliki kandungan khasiat dan rasa nikmat yang luar biasa, buktinya bukan hanya manusia yang doyan menikmatinya, tetapi juga makhluk lain, di antaranya adalah Tikus dan Tupai. Petani di wilayah perkebunan kakao Kabupaten Parigi Moutong sangat mengenal dekat ke dua binatang lincah ini.
Tikus aktif di malam hari, sementara Tupai aktif pagi dan sore hari. Buah kakao yang di serang adalah buah yang telah mulai masak. Tikus memakan biji dan lendir (pulp) dari buah kakao. Tupai tidak memakan biji kakao, tetapi hanya memakan lendirnya saja. Untuk kebun yang dekat dengan hutan dan belukar akan banyak mengalami serangan dari dua binatang ini. Biasanya buah yang telah di serang akan terdapat lubang besar pada buah dan biji-biji buah kakao tidak lagi di dalam batok buah, tetapi telah tercecer di tanah di bawah di bawahnya. Bila biji yang tercecer tersebut nampak utuh, maka yang menikmatinya adalah si Tupai, tetapi bila tidah utuh dan terdapat serpihan biji maka penikmatnya
 adalah tikus 

Pengendalian .

1. Melakukan sanitasi pada areal kebun secara teratur dan baik.
2. Memasang perangkap hidup di tempat Tupai lewat.
3. Memanfaatkan burung hantu .
4. Mengelola semut hitam agar berkembang melimpah, sehingga tikus dan tupai tidak nyaman.


Selain pesaing dalam bentuk serangga, manusia berhadapan pula dengan pesaing dari bangsa Fungi . Akibat yang di timbulkannya tidaklah sesederhana wujudnya yang kasat mata. Ada beberapa serangan dari bangsa fungi ini yang selalu membuat manusia kewalahan dalam upaya menghalau dan mempertahankan dominasinya atas kakao. Yang banyak berkembang di wilayah Kabupaten Parigi Moutong di antaranya adalah :


6. Phytophthora palmivora  ( Butl.) Butl.

Di lapangan di kenal dengan Penyakit Busuk Buah yang merupakan dampak serangan dari P. palmivora. Penyakit ini tersebar melalui sporangium, zoospora  atau klamidospora  yang terbawa atau terpercik oleh air hujan. Buah kakao yang terserang akan berbercak coklat kehitaman. Pengalaman di lapangan menunjukan, bercak coklat kehitaman ini di mulai dengan bercak kecil yang kemudian membesar secara cepat, biasanya di awali di sebarang bagian buah, pangkal, tengah atau ujung buah. Serangan tidak di batasi oleh umuur buah, buah muda/pentil, sedang dan buah siap masak. Bila buah yang di serang adalah buah tua/siap masak, umumnya biji buah masih bisa di ambil.
Penyakit ini sangat menyukai suasana kebun yang lembab, kurang sinar dan curah hujan tinggi. Penyebarannya juga sangat di bantu oleh berbagai serangga berkaki dan melata yang banyak terdapat di kebun, seperti bekicot, semut, lipan dan binatang lain yang menjejak tanah dan dapat pindah/naik ke pohon kakao. Pada saat pohon kakao tidak berbuah, jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dengan membentuk klamidospora.

Pengendalian :

a. Sanitasi Kebun.
Cara ini di lakukan dengan memetik seluruh buah busuk/terserang, dan menguburnya ke dalam lubang di tanah (semakin dalam semakin baik), sebelum menimbunnya dengan tanah sebaiknya di taburi urea dan kapur secukupnya (sesuai pengalaman di lapangan), kemudian di timbun dengan tanah setebal minimal 30 cm.

b. Pemangkasan (Kultur Teknis).

Untuk kebun yang memiliki kelembaban yang tinggi, perlu melakukan penataan terhadap fisik tanaman dan pohon naungan. Ini di lakukan untuk memberi ruang yang cukup bagi sinar  matahari dapat masuk ke bagian bawah tajuk tanaman. Pemangkasan pada tanaman kakao harus di lakukan dengan memperhatikan prinsip dasar dan tujuan dari pemangkasan tanaman, maksudnya agar tanaman tetap memiliki tampilan yang proporsional.

c. Kimiawi

Di lakukan dengan melakukan penyemprotan pada buah-buah sehat sebagai tindakan preventif dengan menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga dengan konsentrasi formulasi 0,3 % selang waktu 2 minggu.

d. Rehabilitasi Tanaman

Untuk tanaman usia muda rehabilitasi tanaman dapat di lakukan, maksudnya adalah mengganti jenis klon tanaman dengan klon yang lebih tahan terhadap serangan penyakit. Tindakan ini di lakukan dengan cara side grifting (sambung samping). Lakukan secara bertahap agar produksi kakao tidak terhenti. Untuk Bahan Tahan Tanam, dapat menggunakan klon yang telah di rekomendasikan atau klon lokal yang terbukti tahan dari serangan pesaing-pesaing hebat ini.


6. -02. Kangker Batang.

Bukan hanya buah yang menjadi incaran serangan P.palmivora ini, tetapi juga batang dari tanaman kakao. Serangan pada bagian batang ini di kenal dengan populer sebagai "Penyakit Kangker Batang". Buah yang telah busuk bila tidak segera di ambil dapat menularkan pada bagian batang melalui tangkai buah terserang.

Fisik batang yang terserang akan nampak agak berkerut dan berlekuk 
serta berwarna coklat gelap dan kehitaman. Bila bagian kulit terserang di 
tekan akan terasa lebih lembek dari kulit normal. Bila di lakukan irisan 
pada bagian yang terserang, sering terdapat cairan coklat kehitaman atau 
kemerahan yang tampak seperti lapisan karat, lapisan kulit di bagian 
dalamnya nampak membusuk dan berwarna merah anggur.

Pengedalian :

>1. Melakukan sanitasi dengan mengambil buah yang terserang sesegera 
mungkin untuk menghindari penularan melalui tangkai buah, kemudian 
menguburkannya dalam lubang yang telah di siapkan.

>2. Kulit batang yang membusuk di kupas sampai pada batas kulit yang 
sehat. Kemudian luka kupasan di olesi fungisida yang mengandung bahan 
tembaga, misalnya Nordox, dan lain-lainnya dengan konsentrasi 
formulasi 5 %.

>3. Apabila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar, maka 
tanaman di potong atau di bongkar kemudian di bakar.


7. Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

Para ahli menyebut dampak serangan dari C. gloeosporioides ini dengan
istilah "Penyakit Antraknose Colletotrichum", tetapi para petani di
 Kabupaten Parigi Moutong lebih suka menyebutnya dengan istilah
"Rontok Daun" juga "Gugur Daun". Petani kakao di wilayah ini yang berasal 
dari etnis Bali menyebutnya dengan istilah "Ngereres".

Penyakit ini telah teridentifikasi di seluruh wilayah perkebunan kakao 
rakyat di Kabupaten ini dengan tingkat yang berbeda. Umumnya sangat 
mudah di temui di lingkungan kebun yang penggarapnya (petani) dengan 
sengaja atau tidak memahami karakter fisiologis serta ekologis dari tanam-
an kakao ini, dengan maksud dan dalih "memudahkan pekerjaan" dan 
"mengurangi biaya produksi", dan menghilangkan pohon naungan di areal 
kebun kakao, sehingga lingkungan kebun tersebut memiliki suhu yang tinggi.

Penyakit ini tersebar melalui konidia yang terbawa atau terpercik air hujan, 
saat hujan turun. Penyakit ini sangat menyukai dan berkembang dengan 
sangat baik pada tanaman kakao di kebun yang memiliki suhu tinggi karena 
kurang atau tidak adanya naungan. Serangan yang parah pada tanaman 
kakao, semua ranting menjadi kering dan mengakibatkan kematian pada 
tanaman. Serangan pada daun; mengakibatkan daun muda mengalami 
bintik-bintik coklat, bercak coklat yang tidak beraturan. Serangan pada 
daun muda ini dapat mengakibatkan gugur daun. Serangan pada ranting 
tanaman kakao, mengakibatkan ranting menjadi gundul serta berbentuk 
mirip tulang ikan, dan mengakibatkan mati ranting.

Pengendalian :

Pengendalian penyakit ini harus di lakukan secara terpadu, yaitu :

>. 1. Perbaikan kondisi tanaman dengan melakukan pemupukan ekstra.

>. 2. Memperbaiki kondisi lingkungan areal kebun, dengan mem-
berikan/menanam pohon penaung secukupnya.


......... ♥♥ ~ ♥♥ ··········

Tidak ada komentar:

Posting Komentar