Selasa, 21 April 2015

MEMANGGUL BEDIL MEMANEN DAGING

Postingan ini saya copas dari situs Militer www.JakartaGreater.com dengan judul; Prajurit Tidak Hanya Mahir Pegang Bedil Tapi Sukses Menjadi Peternak, karena saya anggap informasi dari kreatifitas tokoh utamanya, -yang seorang tentara aktif - dapat menjadi blaming spirit atau pemicu semangat dari banyak manusia produktif di Nusantara tercinta di tengah gencarnya kampanye pemerintah untuk mencapai swasembada pangan, termasuk swasembada dibidang daging sapi.

Membaca uraian pengalaman sang pelaku, sungguh dapat membakar semangat kita. Bayangkan seorang tentara aktif yang kesehariannya selalu disibukan dengan senjata, tugas dan latihan yang tentu bukan hal sepele, masih mampu memanfaatkan sisa waktunya yang tentu sangat sedikit, dengan membuat usaha peternakan sendiri. Sangat luar biasa dan membanggakan. Usahanya ini sudah sangat pasti meningkatkan pendapatannya untuk menata tingkat kesejahteraan diri pribadi serta keluarganya dan tidak hanya menyandarkannya pada gaji di ketentaraan yang sama kita ketahui mash sangat kecil dibanding tanggung jawab yang dipikulnya.

Disisi lain langkah kreatifnya sudah tentu dapat membebaskannya dari niat bertindak melanggar aturan dan norma kepatutan, seperti menjadi beking judi, ilegal loging, narkoba, pengoplos pupuk, penyelundup BBM, beking pelacuran serta tindakan di luar aturan lainnya.

Semoga semangat sang prajurit dapat meracuni berbagai lapisan masyarakat untuk bergerak maju dengan tetap mengikuti serta menegakan aturan . Selamat membaca dan berkreasi untuk kesejahteraan diri pribadi dan bangsa.
................................................

Prajurit Tidak Hanya Mahir Pegang Bedil Tapi Sukses Menjadi Peternak

April ,12, 2015

Ia sendiri tidak mengira kalau usaha yang degelutinya menjadi peternak yang sukses, bahkan membuat diri sebagai contoh dan motivator bagi prajurit dilingkungan TNI-AD khususnya dalam pelaksanaan program serbuan Teritorial yang sedang dicanangkan oleh Komando atas.

Rusiyadi tidak menyangka usaha peternakan yang dia geluti itu sebagai usaha sampingan untuk menambah perekonomian keluarga membuahkan hasil yang maksimal bahkan dapat mengangkat harkat dan martabat dia sebagai seorang Kepala rumah tangga, sebagai prajurit TNI-AD yang bertugas sebagai Babinsa Nagari Nagari Minang kabau Koramil 06/Sungayang Kodim 0307/Tanah Datar.

Hal seperti ini lah yang membuat kebanggaan tersendiri dimana dia bisa bertemu dengan Para Jenderal sekaligus menjadi nara sumber memaparkan cara berternak yang baik kepada para peserta pelatihan ketahanan pangan tingkat nasional di Pabrik Gula Camping Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Sedikitnya 172 peserta dari seluruh Kasdam, Waster Kasad, Danrem, Dandim serta Babinsa di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan kader penanaman padi program ketahanan pangan TNI AD 2014, pada kesempatan itulah Serma Rusiyadi memaparkan kesuksesannya dalam berternak sapi, dan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik, bahkan bisnis peternakan dan pupuk.

Bila dikaitkan dengan Program Korem 032/Wbr kedepan adalah meningkatkan adalah swasembada pangan dalam 3 tahun kedepan diwilayah Sumatera Barat dimana peran Satkowil harus terus ditingkatkan sesuai juga dengan perintah Kasad satuan kewilayahan harus beruapaya melaksanakan Serbuan territorial terutama terkait dengan mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan dilaksanakan semaksimal mungkin membatu pemerintah daerah dan masyarakat.

Serma Rusiyadi sebagai Babinsa Nagari Minang kabau Koramil 06/Sungayang Kodim 0307/Tanah Datar Korem 032/Wbr tidak menyangka dia dibawa oleh Komandan Korem 032/Wbr Brigjen TNI Widagdo Hendro.S mengikuti pelatihan ketahanan pangan tingkat nasional di Pabrik Gula Camming Bone Sulawesi Selatan, sekaligus memaparkan keberhasilanya dalam beternak sapi dan mengelola pupuk Kompos pada tanggal 16 s/d 19 Desember 2014.

Awal menjadi peternak.

Rusiyadi bercerita tentang mengapa ia mau jadi peternak sapi meskipun ia sebagai seorang prajurit yang bertugas sebagai Babinsa di Koramil Sungayang Kab.Tanah Datar, hal ini bermua ketika tahun 2012 ia baru pindah dari Korem 031/Wira Bima Provinsi Riau ke Korem 032/Wbr Sumatera Barat dan e Kodim 0307/Tanah Datar, ia mendengar bahwa Asutralia tidak mau mengimpor sapinya ke Indonesia, padahal Indonesia sangat membutuhkan daging sapi, beranjak dari persoalan itu terpikir oleh Rusiyadi, masak untuk sapi saja kita harus mengimpor dari Ausralia, bahkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki lahan yang cukup luas untuk beternak dan pertanian, tapi masih bergantung dengan Autralia.

Beranjak dari persoalan itulah Rusiyadi bertekad untuk berternak sapi, kebetula tempat tinggalnya di kampung Istrinya Jorong Gudam, Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar memiliki lahan yang cukup luas dan cocok untuk berternak sapi, tapi apa daya, dia tidak mempunyai ilmu berternak ditambah modalnya tidak mencukupi, namun dia tidaklah putus asa, Rusiyadi mencoba mendatangi Dinas Perternakan Kab. Tanah Datar dan mencari Informasi bagai mana cara berternak sapi yang baik, termasuk mendapatkan progam Pemerintah di bidang perternakan, oleh Kabid Peternakan Kab. Tanah Datar dia disarankan untuk membetuk kelompok tani.

Selang berapa waktu Rusiyadi pun membentuk kelompok ternak sapi dengan beberapa orang dikampung istrinya itu, kelompok yang iya betuk diberi nama “Kelompok ternak bangun nagari”. Untuk pengadaan sapi, ia tidak segan-segan menguras tabungannya yang tidak seberapa, untuk membeli seekor sapi jenis PO seharga 6,5 juta lebih, itulah awal dari kiprahnya menjadi perternak yang sucses.

Sayangnya meskipun sudah mendapatkan arahan dari Dinas Penternakan, namun usaha tersebut belum berhasil, kegagalan itu bukan disebabkan karena tidak serius berternak, tapi dikarenakan sapi yang iya belikan itu tidak bisa berkembang biak karena sapinya mandul, namun Rusiyadi tidak berputus asa setelah tiga bulan sapi itu tidak beranak, lantas ia jual, uang tersebut dibelikan sapi jantan seharga 9 juta, dari situ dia memulaikan mengembangkan usaha ternak sapi ini, terang Rusiyadi mengatasi kegagalan saat memulai.

Tekad nya terus berternak sapi mulai memperlihatkan hasil, dimana sapi jantan yang ia pelihara memperlihatkan perkembangan yang mengesankan, setelah 1,5 tahun ia memeliharanya dan sapi itu laku dijual seharga 27 juta rupiah.

Melihat hasil yang cukup menggembirakan ia pun tertarik dengan usaha penggemukan sapi, ia optimis kalau usaha sapi sangat menguntungkan, namun berbeda ketika dia memulai usa penggemukan, uang iya dapat tidak di belikan kepada sapi, akan tetapi dia gukakan untuk menbangun kandang, uang penjualan ditambah pinjaman sebesar 20 juta saya dipakainya membuat kandang dengan kapasitas 30 ekor sapi.

Kandang yang telah ia bangun itu masih kosong, lantas bagai mana mendapat sapi untuk mengisi kandang dengan kapasitas 30 ekor itu, sementara ia tidak punya uang lagi untuk membeli sapi, untuk mengatasi hal itu ia mengajak orang kampung agar mau memelihara sapi dikandangnya ketika itu katanya ada lima ekor sapi yang dipeliharanya, tidak puas dengan lima ekor sapi itu saja iya pun mengajukan keredit kepada Bank untuk membeli sapi kebetulan pada waktu itu ada kredit ketahanan pangan dan energy (KKPE) yang memberikan peluang kepada peternak untuk mendapatkan kredit dengan bunga rendah.

Ia termasuk salah satu yang layak menerima kredit KKPE tersebut. Saat itu saya termasuk salah satu yang menerima kridit sebesar 200 juta rupiah untuk membeli sapi sebanyak 13 ekor ditambah dengan kepercayaan orang akhirnya kandang yang berkapasitas 30 ekor dapat terpenuhi tuturnya.

Mengelola kotoran ternak menjadi kompos

Dengan 30 ekor sapi yang dikelolanya terus berkembang namun kini mulai muncul dengan kotoran yang dihasilkan, oleh dinas petternakan ia disarankan untuk mengelola kotoran ternaknya menjadi Kompos, untuk itulah dia diajar membuat kompos kelompok ternak di Salimpaung Kabupaten Tanah Datar yang berhasil mengelola kotoran ternak menjadi kompos.

Maka iapun mengembangkan usaha pengolahan kotoran ternak menjadi kompos, ternyata usaha tersebut juga membuahkan hasil yang optimal berkembang dengan baik, karena kesadaran petani untuk memakai kompos mulai muncul hingga kompos yang dibuat cukup laku terjual, yang menarik tidak hanya dari kotoran ternak itu sendiri, untuk meningkatkan produksi pupuk kompos ia mendatangkan kotoran ternak dari peternak masyarakat lainnya dikampungnya.

Cara yang dipakai untuk mendapatkan kotoran ternak milik masyarakat dengan cara cukup unik, dimana Rusiyadi membentuk “kelompok usaha bayar listrik dengan kotoran sapi”, jadi dengan cara itu setiap kotoran ternak ia ambil dari masyarakat dengan kompensasi “membayarkan listrik para peternak tersebut” cara ini sangat mujur karena dapat membantu mereka. Usaha pengelolan kompos semakin berkembang sehingga kompos yang dihasilkan mencapai 20 ton perbulan.

Pelatihan pembuatan Pupuk organik

Program Korem 032/Wbr untuk meningkatkan adalah swasembada pangan diwilayah Sumatera Barat mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan membatu pemerintah daerah dan masyarakat, maka dilaksanakan pelatihan pembuatan Pupuk Organik seperti Rotan, Roter dan Roma dimana Rusiyadi ikut serta sebagai anggota pelatihan yang di laksanakan Batalyon Inf 133/Yudha sakti.

Setelah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan Korem 032/Wbr di Batalyon Inf 133/Yudha sakti yang mendatangkan para pakar dan ahli dari Jawa Ayah Manjel yang tergabung dalam wadah JKMP4 maka saya menggunakan ramuan organic, hal tersebut tidak saja membantu saya dalam mengelola kompos karena proses pengolahan kotoran tidak lagi berbau, ramuan itu juga dapat meningkatkan pertambahan daging mencapai 1.3 kg perharinya ujar Rusiyadi.

Kini telah mencapai 3 tahun usaha sapi yang digelutnya, ia sangat merasakan manfaatnya tidak saja dari sisi materi karena penambahan pendapatan, iapun mendapat apresiasi dari pimpinan TNI-AD, kuhusnya oleh Komandan Korem 032/Wbr Brigjern TNI Widagdo Hendro. S, iya diajak kemana-mana untuk memaparkan keberhasilannya. Keberhasilannya sebagai peternak dapat mempelancar tugas pokoknya sabagai Babinsa dengan ilmu pengetahuan yang didapat sebagai Babinsa harus menyatu dengan masyarakat dan lebih mudah bersosialissi dengan masyarakat karena rata-rata mereka adalah petani dan peternak, jadi usaha tidak menggangu tugas utama sebagai abdi masyarakat ungkap rustiyadi yang menyambut usaha peternakan itu ia lakukan bersama istri dan anak-anaknya.

Sumber : http://jakartagreater.com/prajurit-tidak-hanya-mahir-pegang-bedil-tapi-sukses-menjadi-peternak/